Bulek dan Reminder dari Gusti Allah (bag.1)
Selasa, 7
Agustus 2017 pukul 08.50 WIB. Pagi itu ketika hendak berangkat kerja, bulek
memanggilku dari pintu samping rumahnya. Rumah kami memang bersebelahan,
dipisahkan lorong sempit tempat keluarga kami memarkir kendaraan. Dari pintu
samping rumah, kami biasa wara wiri, dari rumah bulek ke rumah bapak, atau
sebaliknya. Sekedar bertegur sapa, mengobrol, ataupun keperluan lainnya.
Sambil duduk
di ruang tengah, bulek merintih padaku dengan wajah pucat, “nok, panggilin ibu
ya..”
Aku langsung
meng-iyakan dan masuk rumah untuk memanggil ibu di kamar.
Ibu pun
bersegera ke rumah bulek untuk menanyakan keperluannya. Ternyata bulek
mengeluhkan sakit. Semalaman hingga pagi sudah 10 kali lebih bolak-balik
ke kamar mandi. Bulek diare sampai lemas, dan wajahnya pucat pasi. Dia bercerita
kalau pagi tadi sudah diperiksa mantri, katanya dirujuk saja ke Puskesmas Sokorejo, yang ada rawat inapnya, supaya bisa diinfus. Bulek minta diantar ke
Puskesmas.
Baru
seminggu ini memang kesehatan bulek membaik, setelah lima hari sebelumnya
dirawat di rumah sakit karena penyakit yang dideritanya. Kata anaknya, bulek
ini sakitnya komplikasi, diabetes dan kawan-kawan, sampai jantungnya bengkak. Selama
di RS bulek bahkan harus dibantu selang oksigen untuk bisa tidur dengan posisi terlentang.
Kondisi terakhir hari Jumat aku lihat masih baik-baik saja, sudah fit, malah
sempat main ke rumah untuk membagikan pisang kepok buat ibu dan mbak. Sampai
akhirnya hari ini kembali drop.
Ibu
meng-iyakan, kemudian masuk rumah untuk membangunkan mas. “Le.. bangun, Lek Um sakit
diare, tolong dianter ke puskesmas”, seru ibu dari balik pintu kamar mas.
Tapi tak ada jawaban. Pagi hari memang jadwalnya mas untuk tidur. Karena ia
harus membuka kedai kopinya dari jam 11 siang sampai 11 malam.
Karena tak
ada jawaban, akhirnya ibu memintaku untuk mengantarnya. Ibu memang tidak bisa
naik motor sendiri, jadi kemana-mana harus dibonceng. Jam 09.10 berangkatlah
kami ke puskesmas. Ibu membonceng aku, dan bulek membonceng anaknya, Mbak Nisa.
Kedengarannya lucu ya, kan sudah dibonceng anaknya, kenapa juga masih minta
diantar.
Sebetulnya
jam 09.00 itu jam masuk kerjaku. Tapi pikirku, yasudahlah, nggak apa-apa telat, demi
nolongin saudara yang kesusahan.
Sampai di
puskesmas, ibu mengurus ke bagian administrasi. Sambil duduk menunggu, bulek
berbisik kepadaku dengan wajah iba, “Mbok jangan nginep tho nok..”
“Ya itu
nanti nunggu keputusan dari dokter bulek.. kalau disuruh nginep ya nginep,
kalau disuruh pulang ya pulang.”
“Mudah-mudahan nggak nginep ya..”, tambah
bulek.
Selang waktu
10 menit, bulek masuk ke ruangan untuk diperiksa. Menurut dokter, bulek cukup
rawat jalan. Hanya perlu minum obat dan minum air putih yang banyak. Jika obat
habis dan masih belum berhenti juga diarenya, dokter menyarankan untuk kembali
lagi ke puskesmas.
Aku yang
waktu itu menemani masuk, sedikit lega, kupikir ah nggak apa-apa. Disuruh pulang
artinya masih kuat. Setelah selesai semuanya, kami pun pulang.
Sampai di
depan rumah, aku menurunkan Ibu, lalu bergegas pamit ke tempat kerja. Tak lupa
bulek mengucapkan terima kasih padaku. Aku pun tersenyum sambil tancap gas.
*bersambung
Komentar
Posting Komentar