Nonton Yang Nggak Biasa



Minggu ini (19/2) kebetulan jadwal kosong. Jadi aku putuskan untuk nonton film di bioskop. Film-nya apa? SYTD 2 dong.. Yes, Surga Yang Tak Dirindukan 2. Kenapa pilih nonton film ini? Emm.. kenapa yah.. Mungkin gara-gara testimoni salah seorang teman, yang katanya sih filmnya bikin nangis. Nah, jadi penasaran deh, kira-kira aku bakalan nangis nggak ya kalau nonton film ini? Selain karena penasaran lanjutan cerita part 1 nya juga sih..
Kali ini aku nonton bareng partner setiaku, Sarah. Kita pilih jadwal tayang jam 14.40 WIB. Karena tayangnya udah lama dan bukan jam favorit untuk nonton, jadi amanlah ya kalau beli tiket dadakan.

Cerita nonton kali ini jadi nggak biasa karena ada something yang menggelitik, atau bisa dibilang penuh ujian.

Baiklah.. Cerita dimulai. Kami masuk ke ruang bioskop pas banget film mulai diputar. Dan.. hmm...luar biasa, baru saja duduk kita sudah disambut dengan aroma minyak kayu putih. OMG, berasa di bus nggak sih..
Bagi orang yang masuk angin, meriang, dan sejenisnya mungkin aroma minyak kayu putih terasa menyegarkan ya.. tapi enggak untuk moment-moment kayak gini kan?
Ini baru pembuka cerita kita. Masih berlanjut? Pastinya!




Selang beberapa menit dari aroma minyak kayu putih, aku mulai mencium bau-bau kurang sedap. Semacam.... pffftt bau ketek detected. Arah bau nya berasal dari sebelah kiriku. Yawloh mbak nya, next time kalau mau nonton ke bioskop pake deodorant yah..

Cerita belum usai. Aku belum menemukan 'mewek moment' nya sejauh ini. But, something genggeus kembali terjadi. Kali ini berasal dari deretan bangku di depanku. Sesekali terdengar suara cekikikan cewe-cewe ABG. Semakin terasa mengganggu ketika cerita mulai memasuki konflik. Dimana seharusnya penonton mulai menghayati dan hanyut ke dalam alur cerita.

Nggak berhenti sampai disitu. Ujian masih berlanjut. Kali ini si Sarah yang mulai berkeluh kesah. Dia berbisik ke telingaku.
"Ya ampun ini sebelahku, hapenya centang centung mulu. Ganggu banget."
Memang sih.. beberapa kali aku juga mendengar suara centang centung khas HP Blackberry, dan frekuensi bunyinya lumayan sering sepanjang film berlangsung.
Kemudian aku balas berbisik ke Sarah.
"Coba deh dibilangin, mbak, bisa tolong di silent dulu hape-nya?"
"Eh, sebelahmu laki atau perempuan sih?"
Si Sarah kembali berbisik, "Laki."
"Jones", tambahnya lagi.
Aku pun sontak melihat ke orang yang duduk di sebelah Sarah. Tampak seorang lelaki kira-kira umur 20-an sedang memainkan handphone-nya. Oh iya, benar, laki-laki. Kalau nggak salah mas-mas itu yang tadi datang telat dan sendirian, trus sempet ada adegan nginjek kaki Sarah. Hahah, aku dan Sarah kemudian saling melihat satu sama lain dan tawa pun seketika meledak. Tapi untungnya tawa kita masih bisa di-setting silent.

Aku dan Sarah pun urung untuk menegur mas-mas tadi. Malah kita jadi iba padanya. Udah pergi nontonnya sendirian, film-nya yang mellow pulak. Mungkin itu alasan kenapa mas nya enggak silent dia punya hape. Biar nggak keliatan ngenes-ngenes amat kali ya.. Dia pengen menunjukkan, biar kata nonton sendirian, bukan berarti jones dan nggak laku dong.. Buktinya, hape bunyi terus.
Dan mungkin juga itu sebabnya si mas pilih jadwal siang. Coba kalo malem? Makin ngeneslah dia dilihatnya.

By the way, di film ini aku nggak berhenti mengagumi kecantikan Raline syah. Aku curiga dia itu sebenarnya bidadari yang turun ke bumi lalu kehilangan selendangnya.
Lanjut, alur cerita mulai mencapai klimaks. Aku dan Sarah udah siap sedia tissue sebelum nonton. Dalam film, tergambar adegan Arini sedang di kereta bersama Mas Pras. Mataku pun mulai berkaca-kaca. Tapi.. seketika rusak suasana gara-gara cewe-cewe abg tadi kembali cekikikan. Bahkan kali ini makin kencang saja. Aku pun mulai geregetan. Rasanya pengen nglempar tissue ke arah mereka. Si Sarah lebih parah lagi. Dia menyodorkan botol minumannya ke arahku, sambil berkata, "ini mbak, silahkan kalo mau dilemparin". Lalu kita pun jadi tertawa. Ah sudahlah, abaikan saja para ababil itu. Yang dalam bahasanya Sarah, dia sebut 'cabe'. Hahaha

Aku kembali fokus pada film yang diputar dan hanyut terbawa emosi dalam cerita. Dan ternyata, 'mewek moment' yang dicari itu ada pada ending film. Teman-teman yang sudah nonton pasti tahu. Yang belum, silahkan tonton sendiri ya..
Tadinya kupikir aku nggak akan nangis, lhah ternyata pecah juga.. dan nggak lucunya, pas kita lagi nangis-nangis nya, film berakhir dan lampu bioskop pun nyala. Nggak lucu banget kan.. kita keluar bioskop dalam keadaan mewek gitu.


Yah begitulah sekelumit cerita tentang 'nonton yang nggak biasa', spesial SYTD 2. Alhamdulillah-nya, sepanjang nonton tadi, kita ditemani cemilan enak satu ini, keripik Ricco.


Keripik Ricco yang super duper enak itu
Bener-bener deh cemilan satu ini, bikin nggak bisa berhenti. Keripik seprapat kilo langsung abis masuk perut kita.

Sebagai penutup cerita kali ini, aku pengen bilang ke Dokter Syarief.
"Dokter.. ikhlaskan Meirose sama Mas Pras ya.. Dokter Syarief sama aku aja"

*sambil nyodorin keripik ricco*

Komentar

  1. Awalnya aku bingung pas ngelirik kok di bagian bawah ada foto si Ricco, padahal kan lagi baca cerita dengan setting di bioskop.. Ya Allah aku ngekek ik.. Nonton di bioskop tapi sangu jajan dewe.. Bu Kep, kau ada-ada sajaaa ������

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bikin gagal fokus ya fit.. tapi jangan salah, si ricco ini emang enak banget loh buat temen nonton. #inibukanendorsement haha

      Hapus
  2. Wah saya belum pernah nonton FIlem ini, yang pertama dan kedua..
    ga tau juga kenapa skarang saya ga suka nonton..
    pdahal waktu kuliah sehari harus nonton satu filem,, sebulan harus ke bioskop, klw gak gatal mata saya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Muarra, salam kenal :)
      wah bisa gitu ya.. dari yang sering nonton, trus sekarang malah ga suka nonton.
      kalo saya sih jujur memang bukan penikmat film, nonton film kalo pas lagi pengen aja

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Internet (4G LTE) Membuat Kami Selalu Terhubung"

Bulek dan Reminder dari Gusti Allah (bag.2)

Bulek dan Reminder dari Gusti Allah (bag.1)