Cerita Milty Tentang Akber


Namaku Milty, tinggal di Kota Pekalongan. Kalau yang belum tau Pekalongan, silahkan buka maps, letaknya ada di pesisir pantai utara, Jawa Tengah. Kota yang terkenal dengan produksi batiknya, dan saat ini tengah membangun brand image-nya sebagai creative city.

Awal mula kenal Akber, dari salah seorang teman yang mengajak saya untuk ikut kelas TOEFL gratis. Yang ada di benak saya pada waktu itu, oh ada ya kelas TOEFL yang diselenggarakan secara gratis. Jujur masih belum paham konsep 'kelas' yang dimaksud seperti apa.
Oleh teman saya, saya cuma dikasih akun twitter penyelenggaranya dan diarahkan untuk daftar di sana. Sekilas saya lihat profil twitternya, saya dapatkan informasi bahwa penyelenggaranya yaitu Akademi Berbagi (Akber) Pekalongan. Di cover-nya saya lihat poster I Volunteer. Masih nggak paham juga maksudnya apa. Tapi saya sih nggak terlalu peduli. Yang penting bagi saya, ada kesempatan belajar gratis, dan materinya menarik, kenapa nggak? Tanpa pikir panjang, saya langsung mendaftar acara tersebut.
Singkat cerita, sampai di lokasi acara, saya disambut dengan hangat oleh seorang panitia acara, namanya Shinta. Beberapa saat kemudian, acarapun dimulai. Dipandu oleh seorang mc, dikemas dengan santai, fun dan interaktif. Sangat berbeda dengan konsep belajar konvensional yang biasa saya temui. Menyenangkan! Itulah kesan yang saya tangkap dari kelas Akber. Selesai acara, saya pun menghubungi panitianya, bertanya-tanya tentang Akber, sampai kemudian memutuskan untuk bergabung menjadi volunteer (relawan).

Tiga tahun berlalu, banyak cerita suka dan duka mewarnai. Hingga saat ini, saya masih berstatus sebagai volunteer Akber Pekalongan.
Kalau boleh bercerita, Akber ini bisa dibilang jawaban dari doa-doa saya beberapa tahun lalu. Waktu itu saya masih jadi mahasiswa semester akhir yang hidupnya diliputi kegalauan :D
Saya sering berdoa minta didekatkan dengan orang-orang yang baik dan berilmu. Kemudian saya dipertemukan dengan Akber, dunia komunitas yang tidak pernah saya kenal sebelumnya.

Dulu saya pikir, banyak ilmu yang sudah saya pelajari di bangku sekolah (pendidikan formal). Ternyata saya salah. Di Akber, saya merasa nol, apalagi dibandingkan teman-teman volunteer yang lain, sangat minim pengalaman.
Saya ingat betul saat pertama kali mendapat tugas sebagai koordinator lapangan (korlap) untuk sebuah kelas. Membuka diskusi saja saya tidak bisa. Cengengesan, nggak tau mau ngomong apa. Memberi sambutan di depan kelas masih pakai metode hafalan, sampai akhirnya nge-blank dan sempat terjadi krik krik moment, sampai-sampai gurunya menoleh ke arah saya. Ha ha ha.. lucu juga kalau diingat-ingat.
Syukur alhamdulillah, di Akber Pekalongan ini orangnya baik-baik. Mereka tidak hanya sekedar teman, tapi juga sekaligus mentor dan keluarga bagi saya.

Saya pikir menjadi mahasiswa membuat saya lebih pintar. Ternyata saya salah besar. Di kelas Akber saya bertemu dengan relawan-relawan guru dari berbagai latar belakang profesi, pengalaman, dan disiplin ilmu. Mereka orang-orang yang sudah menjadi praktisi atau pakar di bidangnya. Saya jadi banyak belajar ilmu-ilmu baru dari kelas-kelas Akber, yang mungkin tidak saya dapatkan di lembaga pendidikan formal. Di bangku perkuliahan mungkin saya hanya belajar teori, tapi di kelas Akber saya mendapat ilmu praktis, softskill yang aplikatif. Ditambah lagi, mereka para relawan guru seringkali menyisipkan cerita di kelas tentang proses yang dilaluinya sampai menjadi orang yang ahli di bidangnya.

Setelah dua tahun di Akber, saya pikir saya sudah banyak belajar dan lebih bijak. Ternyata saya salah lagi. 29 Mei 2016, saya diamanahi tugas sebagai Kepala Sekolah, sebutan untuk koordinator relawan Akber di daerah. Disitulah dimulainya babak belajar yang baru bagi saya.
Menjadi pemimpin di Akber itu gampang-gampang sulit. Relatif gampang, karena relawan-relawan Akber itu digerakkan atas kesadaran sendiri. Kesadaran untuk berbagi, berkontribusi bagi daerahnya.
Tapi sekaligus sulit. Karena menjaga semangat kerelawanan itu tidak mudah. Apalagi ini komunitas, kita tidak bisa memaksa. Setiap volunteer punya aktivitas utama masing-masing yang menjadi prioritas. Disitulah saya belajar lagi bahwa menjadi pemimpin artinya siap menghadapi segala kondisi dimana kita harus membuka hati seluas-luasnya untuk bisa mendengarkan, menerima, memahami, dan memaafkan.

Harapan saya, kemanapun kaki saya melangkah setelah ini, nilai-nilai seorang relawan Akber bisa terus melekat di diri saya. Demikian juga untuk teman-teman relawan lainnya. Relawan Akber itu orang-orang yang ringan hati dan langkahnya untuk belajar, berbagi, dan peduli pada sesama. Harapan lainnya, semoga virus volunteering bisa terus menyebar dan semakin banyak orang yang tergerak untuk ikut membangun daerahnya.

Komentar

  1. Suka ngiri lihat anak muda macam kalian.aktiv dan selalu meluangkan waktu unt keg sosial macam begini. Masa mudaku kemana aja yee...hihihi

    BalasHapus
  2. Keluarga akber: main bareng, belajar bareng, bahagianya pun barengan :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Internet (4G LTE) Membuat Kami Selalu Terhubung"

Bulek dan Reminder dari Gusti Allah (bag.2)

Bulek dan Reminder dari Gusti Allah (bag.1)